Selasa, 28 Desember 2010

IBU

Ibu!
Kelunak lembutanmu yang bersih
Merupakan rahmat bagi kami.
Engkau,
Merupakan kekuatan
Dan benteng agama.
Wahai,
Orang yang menghentikan
Penyusuan,
Anak dalam kalangan kami
Berdasarkan tauhid,
Kasih sayangmu memberi nilai
Kemampuan kami, memberi warna
Amal dan fikiran kami.
Wahai, pemangku amanah
Berdasarkan syair nyata,
Di dalam nafasmu
Terletak kehidupan agama
Berhati-hatilah melalui zaman,
Bimbing eratlah anak-anakmu.



Masa silam yang terpendam
di suram matamu
merantai badai beban waktu
kutahu
kau masih berupaya
meniduri hamparan duka.
Masa kini yang terukir
di senyum ramahmu
mendepani gementar siang gelisah malam
kutahu
kau adalah ladang segala kesabaran
tegak teguh merimbuni pohon ketabahan.
Masa depan yang terpancar
di nyala dadamu
kutahu
kau tak rela daun-daun harapan
gugur luruh menampar genggaman.
Pada kala aku mengenang ibu
masih terasa eratnya pelukanmu
panas air mata membasahi pipi
tempatmu masih terpahat di hati
pasir berpindah pantai masih di situ
waktu berubah kasihku masih padamu.

Kesudahan hidup kematian yang pasti
pemergian yang kutangisi hingga kini
kasih sayangmu menggegar jiwa
ada tugas belum selesai
ada hajat belum tertunai
ada budi belum dibalas
bagai hutang yang belum dilunasi
terlalu banyak yang kuterima
terlalu sedikit yang sempat kuberi
kesalku kemewahan ini tak dapat dibagi.
Nostalgia bersamamu kubiarkan segar
suka duka ingin kulalui bersama
kau cemas membalut lukaku di lutut
terseliuh kaki kau yang mengurut
rajukku sekejap pandai kaumemujuk
kasihmu menemaniku pada saatku dicabar
memilih antara antah dan beras
antara berlian dan kaca
zamrud mutiara di telapak tangan
masih ibu permata hatiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar